CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

27 Januari, 2009

tarif angkutan umum yang bermasalah.

Supir Angkot VS Penumpang


Tarif angkutan penumpang umum dan pelajar di Kota Medan, mengalami penurunan sejak Rabu (21/1), sejalan dengan turunnya harga premium menjadi Rp4.500 per liter, pada 15 Januari 2009.

Penurunan tarif angkutan tersebut dibahas dalam rapat di balai kota yang dipimpin oleh Wali Kota Medan diwakili Asisten Pemerintahan Umum, Dauta P Sinurat, dihadiri Kepala Dinas Perhubungan Medan Dearmando Purba, Ketua Organda Medan T. Ginting, dan pengusaha angkutan.

Dari rapat tersebut, timbul keputusan yang menyebutkan, tarif angkutan untuk penumpang umum dari Rp2.800, turun menjadi Rp2.600, dan untuk pelajar dari Rp1.800 turun menjadi Rp1.600. Penurunan tersebut merupakan jalan tengah, di mana sebelumnya pihak Pemkot Medan mengusulkan Rp2.500 untuk penumpang umum, dan Rp1.500 untuk pelajar. Organda mengusulkan Rp2.660 untuk umum, dan Rp1.700 untuk pelajar. Sementara itu dari pihak pengusaha angkutan bertahan dan tidak mau diturunkan, walaupun hanya diturunkan 3% saja.

Asisten Pemerintah Umum, Dauta P Sinurat mengatakan, ia berharap agar penyesuaian tarif angkutan yang baru ini dapat diterima semua pihak, karena untuk kepentingan bersama.

lantas benarkah ini memang jalan tengah yang ditempuh,, dan benarkah ini ntuk kepentingan bersama..?

kalau memang demikian,, mengapa dilapangan masih saja terjadi adu mulut antara supir angkot dan penumpangnya...?

tadi pagi seorang teman bilang ke-saya,, kalo ia baru saja beradu mulut dengan supir angkot gara gara si supir masih bertahan dengan tarif lama,, sedangkan selebaran sudah tertempel jelas di pintu angkot mengenai tarif nagkutan umum.

kita justru bingung,, ada apa sebenarnya,, tapi yang terpenting bukanlah mencari siapa yang salah dan siapa yang benar dalam hal ini, toh antara supir dan penumpang sama sama rakyat kecil. nah kalau dalam hal ini kita sudah sepakat,, justru kita juga tahu bahwa sang supir juga nggak pingin dapurnya nggak berasap.

Pemerintah seolah olah muncul sebagai pahlawan yang telah menurunkan tarif angkutan umum dengan kedok pro rakyat,, lantas bagaimana dengan nasib sang supir,, toh mereka juga rakyat kecil. seharusnya pemerintah lebih dahulu menstabilkan harga sembako.

Naik turunnya harga BBM sangat memberikan dampak ke berbagai sektor,, hal ini karna BBM sendiri mamiliki sifat sabagai Multi Doble Efek. katika BBM naik semua harga naik lebih lebih sembako. tapi ketika BBM turun,, malah sembakonya ogah untuk turun harga,, dengan alasan bahwa tarif angkutan juga belum turun. justru itu yang saya heran,, sembako tidak diangkut dengan angkutan umum tapi dengan truk.

Seharusnya, jika ada penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), juga diikuti penurunan harga kebutuhan lain. tentu saja supir masih enggan menurunkan tarif angkutan karena kebutuhan lain seperti suku cadang sangat tinggi. Seharusnya Pemko Medan maupun pemerintah pusat juga ikut menekan harga suku cadang sehingga terjadi keseimbangan. Kalau suku cadang tetap tinggi, penurunan harga BBM tidak akan berpengaruh terhadap penghasilan supir. jika tarif angkot diturunkan tapi tidak diikuti penurunan harga suku cadang maka supir tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk memenuhi setoran saja, mereka para supir harus bekerja keras hingga larut malam. belum lagi ditambah dengan keadaan yang sepi penumpang.

Pasca turunnya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Premium dan Solar, khususnya Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) mesti untuk lebih serius mengontrol serta mengendalikan persediaan dan harga sembilan bahan pokok (Sembako). seharusnya harga sembako harus disesuaikan dengan turunnya harga BBM dan tetap menjaga kesejahteraan produsen lain, seperti petani, nelayan, dan peternak. harga hasil panen pertanian harus diatas biaya produksi, para pedagang distributor, agen dan pedagang yang kios harus mendapakan untung yang ayak, sedangkan masyarakat sebagai konsumen dapat membeli dengan harga yang wajar. untuk itu pemerintah harus bekerja ekstra dalam menciptakan keseimbangan antara produsen dan konsumen. namun kenyataannya di lapangan, sembako bukannya turun malah tambah naik.

JK secara terang-terangan menantang Organda dan para supir untuk segera menurunkan tarif angkutan,, seolah-olah ialah pahlawan yang selalu setia membela hak hak rakyat kecil, dan melakukan propaganda kepada rakyat rakyat bahwa dalam hal ini organda dan supirlah yang salahn kaprah. hal ini tentu ia lakukan demi kepentingan politiknya di pilpres mendatang.

yang saya tegaskan disini, jangan mudah terjebak dalam kampanye-kampanye terbalik yang dilakukan oleh para elit politik yang selalu menganggap rakyatnya nggeh-nggeh saja terhadap apapun kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.. ketika rakyat sudah dapat dipecah belah dan berada dalam posisi kebingungan yang teramat sangat, maka mereka akan muncul sebagai pahlawan pahlawan yang akan membawa angin segar dalam menyelesaikan permasalaha rakyat, padahal mereka taklebih dari seorang pecundang yang bertitel penjahat-penjahat berdasi.

lantas dimana tanggungjawab negara terhadap warga negaranya,, hal ini jelas sebagai bentuk pelanggaran hak-hak dasar warganegara yang dilakukan oleh mereka.

1 komentar:

Semoet Merah mengatakan...

dasar pemerintah,,
seenak perutnya aja bikin ketetapan..
kamikan juga rakyat kecil..

Posting Komentar